Jaman SMP dulu, gue inget banget, Tio, temen gue satu
kelas, dia lagi nangis di atas got depan kelas, sekilas gue heran, kenapa Tio
nangis. Gue tanya temen cewek yang dari tadi nenangi Tio, ada apa gerangan
lelaki galau ini menangis. “Ia, dia abis diputusi Herli” kata temen gue yang
ngebuat gue diem heran. Kenapa Tio nangis cuman hanya karena diputusi cewek?.
Yang semakin ngebuat adegan Tio nangis jadi keliatan sinetron banget adalah di
kala Tio sedang dihibur oleh teman lainnya, dia mencoba tertawa terbahak-bahak
sembari air matanya tetap menetes. Ini semacam adegan sinetron tahun 70-an,
yang pemeran utamanya besok meninggal karena kangker, terus keluarga di
sampingnya mencoba menghibur dengan menceritakan masalalu, dan si pemeran utama
yang besok mau meninggal ini tertawa sambil meneteskan air mata. Yah, seperti
itu gue ngeliat Tio waktu itu. Gue ngerasa, waktu SMP dulu, putus, atau
diputusin cewek, terus mewek di atas got, adalah adegan kurang kerjaan yang
enggak sepantesnya dilakukan oleh seorang lelaki. Maklum, waktu itu gue
berfikir, pacar itu enggak penting, selama gue masih megang klereng dan remote
tv, pacar adalah alien di mata gue, lagian, pertama kali gue punya pacar, itu
pas kelas 5 SD, dan putus dengan cara anak SD juga. Itu yang ngebuat gue males
pacaran... Lagi...
10 tahun kemudian, ketika gue udah gede, umur gue juga
udah 22 tahun, gue baru sadar apa yang dirasakan Tio waktu itu. Putus cinta itu
sakit men.. Bener kata pepatah yang entah dari mana gue dapet “kamu enggak akan
pernah tahu, mengapa seorang lelaki bisa menangis hanya karena cinta kalau
enggak merasakannya sendiri”. Walau gue enggak separah Tio, nangis di atas got,
tapi, sakit yang gue rasain sama. Bikin enggak bisa makan... Karena nyokap di
rumah keabisan beras...
Menurut gue, parah enggaknya prosesi putus itu tergantung
dari awal ngejalani hubungan, bukan hanya karena ada orang ke tiga yang ngebuat
putus itu jadi nyesek, tapi karena hal lainnya. Banyak orang yang egois,
ngejalani hubungan di awal, mereka percaya, kekuatan cinta akan mempersatukan
mereka, tanpa mereka sadari, kalau cinta itu seperti tempe, yang lambat laun
akan membusuk seiring berjalannya waktu. Mereka, ia, orang-orang yang sedang
jatuh cinta di awal, selalu merasa, cinta itu universal, tanpa memandang siapa
kamu, bahkan enggak perduli berbeda agama, karena cinta akan mempersatukan
siapa saja. Dan lambat laun mereka jalani, orang-orang ini akan tersadar,
bahwasannya cinta enggak akan bertahan dengan begitu banyaknya perbedaan. Karena,
bukan berbedanya yang jadi masalah, tetapi, orang terdekat dan permasalahan
lainnya yang menjadi masalah. Bagai tembok yang terhempas gelombang, lambat
laun pondasi dari tembok itu akan runtuh, dan mau enggak mau, tembok yang coba
dibangun juga akan runtuh...
Jadian itu gampang. Karena banyak orang yang jadian dari
awal yang dipaksakan. Tapi yang namanya putus itu enggak segampang saudara
tirinya, enggak bisa dipaksakan... Banyak orang yang dipaksa putus oleh
saudara, atau pihak lain, dan akhirnya mereka tetap menjalani hubungan secara
diam-diam.. Juga banyak kasus, di mana, pasangan yang terlalu gampang untuk
mengatakan putus dan keesokan harinya kembali seperti semula dengan status
hubungan yang sama. Gue selalu beranggapan. Jatuh cinta itu berjuta penyebab.
Tetapi putus, selalu dengan penyebab yang sama. Karena cinta mudah kehilangan
rasa...
Coba, kita pikirkan. Apa yang menyebabkan kita jatuh
cinta dengan lawan jenis? Karena dia menarik, atau mapan, mungkin saja dia beda
dengan yang dulu. Atau dia pintar, orang tuanya pejabat, kemungkinan juga dia
seorang musisi yang handal. Nah, bandingkan dengan, kenapa kita putus dengan
mantan kita? Kebanyakan orang akan menjawab. Karena dia enggak seperti yang
diharapkan, atau dia selingkuh dengan orang lain, mungkin saja dia sudah enggak
perhatian kayak dulu, dan bla bla bla. Lalu, kita coba pikirkan kembali. Apa
yang menyebabkan pasangan sepeti itu? Orang lain kah? Sangat sulit untuk
mengubah orang yang kamu cintai menjadi orang lain jika dia masih memiliki rasa
cinta seperti awal kalian berharap akan menikah di masa depan nanti. Dan semua
perubahan itu timbul mungkin saja dari rasa cinta yang mulai kehilangan rasa.
Banyak orang yang beranggapan, semakin hubungan itu
terlalu lama, semakin banyak hal-hal yang dulu mempererat hubungan perlahan
ditinggalkan. Banyak orang yang mungkin sepele, atau lalai, dan mereka
mengganggap “dia enggak perlu diingeti makan, kan dia udah tau kalau jam makan
yah harus makan” dan hal kecil lainnya itu enggak perlu dilakukan, padahal,
cinta yang dulu timbul bukan karena hal besar, tapi dari hal kecil, yang pernah
membuat mereka dulu selalu tertawa sendiri di kamar sebelum tidur...
Gue masih inget kata Meily, temen satu kampus gue dulu
pernah bilang “Berantem itu asik, bisa mempererat hubungan, karena di saat kita
berantem, kita tau sifat asli dia, kita tau apa yang enggak dia suka dari kita,
dan kita enggak ngelakuinya lagi, asalkan berantemnya enggak lebih dari satu
hari yah”. Awalnya gue beranggapan kalau tips dari Meily ini ngawur. Tapi,
kelamaan gue mikir. Cinta itu kamu, bukan orang lain. Di saat kamu mau marah
karena dia yah marah, di saat kamu mau tertawa karena dia yah tertawa. Jangan
di saat dia sering membuat kesalahan yang sama kamu selalu bilang “ia, enggak
apa-apa kok” terus pas nanti berantem baru diungkit-ungkit kesalahan dia. Cinta
bukan seperti itu, bukan menunjukan kalau kamu perfect, kamu juga harus
nunjukin ke dia, kalau orang yang dia pacari hatinya bukan terbuat dari batu,
dan orang yang dia pacari bukan monyet yang kalau disakiti terus kabur dan
enggak balik lagi. Cobalah realistis untuk mencintai, memikirkan resiko dari
awal pacaran adalah hal yang terbaik, jangan keburu jauh baru sadar, kalau
hubungan ini terlalu dipaksakan. Apalagi kalau kita sudah saling mengenalkan
diri ke keluarga masing-masing.. Karena, disaat kita serius untuk mencintai,
bukan dia saja yang kita cintai. Masih ada keluarganya yang kalian harus
berusaha membangun kepercayaan dengan cinta yang sama, yang kalian sering
berikan ke keluarga sendiri..
Percaya atau
enggak, orang yang mencoba mencari jodohnya selalu mendapat banyak tantangan
dari banyak orang, dan ada saja masalah yang datang. Bahkan, ada orang yang 3
bulan lagi menikah, batal menikah karena masalah sepele.. Tuhan selalu menyelipkan
candaan di setiap keseriusan yang kita bangun, dan tuhan selalu mencoba
keseriusan kita dengan candaannya, sampai dia percaya, kalau dia enggak perlu
bercanda untuk mencoba keseriusan kita.
Ada sebuah candaan dari tuhan, yang pernah dialami oleh
teman sekampus gue. Malam minggu itu, waktu hujan, gue yang terlebih dahulu
selesai kuliah, harus menunggu pacar gue yang masih setengah jam lagi selesai. Di
depan ada tv 16 inci dengan keadaan gambar yang kurang jelas karena hujan. Di samping
kanan gue, ada temen cewek satu kelas di kampus yang lagi nunggu temen masih
ada jam kuliah. Awalnya gue enggak menemukan hal yang ganjil dari dia, raut
wajahnya juga seperti biasa, masih kebatak-batakan. Karena gue enggak mau mati
kesepian, akhirnya gue membuka percakapan. “eh, lagi nungguin siapa? Kok enggak
keluar sama pacar?” kata gue sambil nyengir. “Enggak, pacar sih ada, waktu itu,
sekarang udah putus”. Jawab dia datar. “loh, kok bisa?” tanya gue singkat yang
langsung mengubah raut wajahnya menjadi galau total. “Ia, karena, awalnya aku
juga sih yang salah, kita pacaran udah
lima tahun loh, dan putus karena aku belum siap nikah. Yah kamu bayangin aja
coba, aku kuliah, bukan sedikit loh biaya yang aku keluarin buat kuliah,
banyak, yah maka dari itu, aku takut, kalau aku nikah nanti, aku putus kuliah,
yah, makanya, pas berantem itu, kita enggak ada komunikasi selama 1 minggu. Aku
bisa terima sih kenapa dia marah sama aku, dia gitu karena mamaknya nyuruh dia
nikah, karena mamaknya udah tua, tapi gimana coba, akunya yang enggak bisa”.
Suasana waktu itu jadi berubah total. Dari yang awalnya cuman hujan, sekarang
jadi hujan bercampur bau kekecewaan. Gue cuman bisa diem, sambil ngeliat dia
ngapus air mata pakai tangan kanan. Kebetulan, gue masih punya sisa tisue yang
dikasih pacar pas makan tadi, dengan perasaan hibah, gue ngeluari tisue dari
kantong celana dan langsung ngasih doi tisue.
Suasana sedikit mencair di saat dia mulai menenangkan
dirinya. Gue yang bingung mau ngapain cuman bisa ngusap-ngusap pundaknya, gue
enggak mau aja, dia bunuh diri dengan cara nangis di bawah guyuran hujan dan
mati karena banyak minum air hujan. Karena masih penasaran, gue nanya lagi. “Jadi,
pas udah satu minggu hilang komunikasi, kalian langsung putus?”. “enggak sih,
ternyata, pas selama satu minggu kita enggak ada komunikasi, dia nyari yang
baru. Itu sebabnya dia enggak ada ngubungi aku. Tapi, dia yang bilang sendiri
kalau dia udah nemu yang baru. Anak sekampus kita juga kok, smester enam. Dia sempet
bilang, kalau sebenernya enggak mau nyari yang lain, tapi mau kayak mana lagi,
mamaknya udah tua, dan dia ngelakuin itu demi orang tua satu-satunya”. Dia
mulai nangis lagi, gue kembali panik.. Gue sebagai cowok, mungkin akan
melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki yang telah meninggalkan
temen gue itu, yah, ini lah resiko yang harus diterima, kalau kita menjalin
hubungan dengan seseorang yang enggak bisa main-main lagi. Gue sempet kaget pas
dia bilang “kita udah ngejalani hubungan lima tahun”. Lima tahun?. Kata gue
dalem hati. Itu waktu yang enggak sedikit. Seumur hidup gue, paling lama gue
pacaran dulu tiga bulan, dan itu adalah pacaran yang terburuk yang pernah gue
alami. Dan lima tahun? Untuk rentang waktu selama itu, gue bisa ngebuat anak
orang hamil 3 kali. Dan waktu lima tahun, ternyata berakhir dengan mudah..
Satu minggu berselang dari kejadian di malam minggu itu,
seperti biasa, gue sampai di kampus hampir jam dua. Di hari sabtu yang panas
itu, gue duduk sambil ngibasi kera baju untuk membantu mendinginkan leher, gue
lihat ada hal berbeda dari temen gue yang udah gue kenal dari smester awal ini.
Wajahnya pucat, mata bengkak, males ngomong. Awalnya gue kira dia kena diare,
tapi, setelah gue tanya, ada apa gerangan yang menimpanya, gue kaget. Mungkin kalau
kejadian ini di filmkan, kaget gue itu udah selevel Vino G Bastian yang lagi ngeliat
Masya Timoti ngeden di pinggir jalan. Ternyata, orang yang selama ini gue
kagumi dengan hubungan pacarannya. Putus. Gue sempet ngebatin, ada apa gerangan
dengan orang yang bermarga Sinaga? Dalam rentan satu minggu, gue melihat dua
orang wanita yang dilahirkan dari marga Sinaga putus, dan ini kejadian yang
langka...
“kenapa kok bisa putus?” tanya gue penasaran. Bukan bermaksud
lebay. Aneh aja menurut gue. Sabtu lalu, dia bilang “dia udah ada rumah, jadi,
kalau nanti kita nikah, kita enggak repot” dan sabtu selanjutnya, mereka
putus.. “ia, kita putus karena ibunya nyuruh dia yang mutusin gue By. Makanya,
dia minta putus. Yaudah, gue terima aja. Sakit loh By rasanya” jawab dia dengan
mata berkaca-kaca. “Ia, kok bisa? Maksud gue, kok ibunya bisa nyuruh kalian
bubaran?” tanya gue yang semakin penasaran. “Kan gini, kita dulu satu greja,
nah, jadi, dulu kita ikut ngajari anak-anak di greja, ada, di situ anak
pendeta, yang enggak suka sama kita, nah, kita di fitnah, makanya, gue pindah
greja. Kejadian itu udah 6 tahun yang lalu, ternyata, entah kenapa, warga
jemaat greja di tempat mantan gue ini tau semua, dengan masalah yang sebenernya
enggak kita buat, dan gue tau siapa dalang di belakang ini. Tu anak, udah lama
suka sama cowok gue, awalnya, dia suka sama abang gue, tapi, keluarga kami
enggak setuju, yaudah, dia dendam, dan nyoba gangguin hubungan kami”. Sama
seperti malam minggu kemaren, suasana kali ini, enggak jauh beda. Gue, sebagai
orang yang enggak tau mesti ngapain, cuman bisa melongo. “Jadi” Kata dia
ngelanjuti percakapan “Gara-gara itu, ibu dia enggak terima, kalau anaknya
dikira yang ngejer-ngejer gue, orang ini fitnah gue, seolah-olah kalau mantan
gue ini yang ngejer gue, dengan merendahkan derajat mantan gue, dan gue seolah,
memanfaatkan mantan gue ini”. Percakapan terus berlangsung, dan keheranan gue
dengan kejadian ini tetap melekat sampai saat ini.
Aneh memang, kemarin baru ngomongi masalah nikah,
sekarang udah putus aja.. Kadang putus itu seperti ajal. Tanpa kita sadari, dia
datang begitu saja. Dan yang dialami oleh temen gue barusan, yang ngebuat gue
berfikir. “Bukan durasi yang membuat hubungan itu menjadi kuat. Tapi
orang-orang di sekitarnya”. Putus yang ini beda. Bukan karena cinta yang mulai
kehilangan rasa, tapi karena dipaksa untuk menghilangkan rasa itu. Walau bagaimanapun,
mereka tetap menjalin hubungan secara diam-diam. Sakit memang, karena, aneh
saja, mereka seagama, satu suku, tetapi tetap ada penolakan.. Ada satu
percakapan yang ngebuat gue berhenti berfikir. “Padahal hubungan kita udah 7
tahun, kenapa udah selama ini baru kejadi yang kayak gini”. Suasana langsung
hening, dan di kepala gue yang keluar cuman satu pertanyaan besar “Udah siap,
kalau sempet hubungan gue dengan dia mengalami hal yang sama kayak gini”.. Dan
itu belum bisa terjawab..
Yah, itulah cinta, enggak masuk akal. Ada yang menjalani
hubungan bertahun-tahun tapi menikah dengan orang lain. Ada yang baru aja
ketemu 3 bulan, langsung menikah. Bukan cinta namanya kalau masuk akal, yang
bisa ngebuat calon raja melepaskan kesempatan jadi raja karena dilarang untuk
menikah dengan wanita dari kalangan rakyat jelatah, dan sang pangeran pun rela
melepaskan kesempatan itu, lalu menikah dengan wanita jelatah dengan
mengorbankan masa depannya. Cinta enggak rumit, tapi kita, dan orang sekitar
kita yang melihat kalau cinta yang kita bangun itu rumit. Putus itu bukan
bencana, tapi, menjalani hubungan yang memaksakan cocok adalah bencana yang
sebenarnya.......
NB: Astaga, setelah sekian lama blog ini usang, akhirnya, datang juga keinginan gue untuk sedikit mengotak atik blog ini menjadi sedikit lebih cantik. dengan layout yang udah beda, ini hasil dari panduan blog lain buat ganti layout lama dengan yang baru. wehehehe. enggak tau kenapa, gue pingin banget nulis ini dari beberapa bulan yang lalu, tapi belum dapet ilham. akhirnya, dengan semangat pahlawan bertopeng, tulisan ini selesai jam 2:16 AM. Menjadi tulisan termalem yang pernah gue buat. terimakasih buat yang udah enggak sengaja nyasar di blog gue, jangan bosen-bosen nyasar yah...
NB: Astaga, setelah sekian lama blog ini usang, akhirnya, datang juga keinginan gue untuk sedikit mengotak atik blog ini menjadi sedikit lebih cantik. dengan layout yang udah beda, ini hasil dari panduan blog lain buat ganti layout lama dengan yang baru. wehehehe. enggak tau kenapa, gue pingin banget nulis ini dari beberapa bulan yang lalu, tapi belum dapet ilham. akhirnya, dengan semangat pahlawan bertopeng, tulisan ini selesai jam 2:16 AM. Menjadi tulisan termalem yang pernah gue buat. terimakasih buat yang udah enggak sengaja nyasar di blog gue, jangan bosen-bosen nyasar yah...
Suka baca blok anda, tidak ada yang di tutupi dan semua sesuai realita
BalasHapusterima kasih banyak
BalasHapus