Bermula dari sendatan sepeda motor, karena habis di cuci,
lalu mogok. Dari semua ini, gua memulai petualangan sendirian, petualangan yang
tak pernah habis sialnya, sebuah petualangan yang dulu pernah gua jalani, dan
akhirnya terulang lagi. Sebuah petualangan yang gua tahu, ketika gua sial, gua
mengalami kesialan sendirian, petualangan menjadi orang sendirian.
Sabtu, 25 Juli 2015, ketika sepeda motor mogok, dan akhirnya dengan ngaco gua abseni nama-nama binatang di Ragunan. Caci maki yang tak henti, dan gua tahu, itu tak akan mempengaruhi keadaan sepeda motor. Dia tetap mati. Dan gua tetap memaki.. Maklum, gua seorang laki-laki yang besar bersama angka, bukan bersama mesin yang bisa gua mengerti ketika dia mati, dan dapat solusi. Gua, seorang anak ekonomi yang tahu hanya menghitung laba-rugi, dan tidak pernah perduli bagaimana menghadapi motor mati di jalan. Ketika mulai menyerah, dibarengi telpon terputus karena kehabisan pulsa. Bokap nyebeli..
Suara azan magrib mulai berkumandang, dengan ide yang sudah hampir habis, perlahan datang sebuah pencerahan, cabut kepala busi motor, lalu duduk menunggu sampai mesin motor dingin. Di pinggir sungai kering dengan sampah batang pohon yang jelas terlihat, gua memandang sepasang kaki yang selama ini menopang gua. Sepasang kaki tanpa batas, sepasang kaki yang dulu telah mengantarkan gua mengunjungi wanita yang pernah gua sayangi, dan akhir certianya mudah ditebak. Mantan.
Sambil menunggu mesin dingin, mulai melamun tentang kejadian beberapa hari yang lalu masih jelas teringat. Gua sedang menanti maaf kepada seseorang yang gua tau, gua salah bicara. Inilah kurangnya kalau kita punya lidah. Kadang dia melukai meski tanpa pedang. Seharusnya gua menyewa satpam untuk bisa menjaga lidah gua, agar tak ada dia yang lain lagi yang harus sakit karenanya. Gua tau, gua dalam diamnya. Yang mencoba mengabaikan pesan singkat dan telpon gua. dan sayangnya, masih belum terbiasa dan tak akan bisa biasa dengan hal ini. Gua harus minta maaf.
Sabtu ini, rencana awal gua adalah nonton Ant-Man sendiran. Ia, sendiran, serem kan? Bayangkan saja harus ke bioskop sendirian, lebih serem dari mengunjungi makam malem-malem sendirian. Dan rencana esoknya gua bakal minta maaf..
Setelah motor hidup dan bisa jalan. Itu sebuah keajaiban. Dengan mantab gua melaju menuju salah satu mall di Pekanbaru. Mungkin kalian berfikir, kenapa kok tak mengajak wanita itu saja? Sekalian mengajak dia jalan, nonton dan minta maaf. Berat teman. Karena gua tau dia sudah pergi dengan teman-temannya, gua tau, ketika dia tidak ada waktu untuk membalas pesan singkat, dia juga tidak punya waktu untuk bersama. Apalagi dalam keadaan yang masih tidak baik seperti sekarang ini. Biarlah dia, yang punya hidupnya sendiri. Gua juga kok..
Telat lima menit, Ant Man sudah diputar, gua tetep masuk ke ruangan bioskop, nonton Ant Man hampir ngantuk. Entah kenapa mantan BBM, dia seolah tau, laki-laki yang pernah bersamanya selama dua tahun selalu tertidur di bioskop ketika sedang nonton. Gua senyum kecil. Membalas BBM dia seadanya. Bukan untuk sombong dengan mantan. Tapi sedang tidak ingin ber-urusan dengan kenangan. Biarlah, gua sendirian sekarang. Masih tetap hidup dan bernafas kok. Untung dulu tak pernah berkata “aku tak akan bisa hidup tanpa mu” ke dia. Jadi pas sekarang putus dan tidak bersama dia, tidak ada pertanyaan. Kok masih hidup?
Setelah selesai nonton, gua buru-buru ke salah satu tempat makanan siap saji. Di jalan menuju tempat itu, gua flash back. Satu hal yang paling gua benci dalam hidup gua, adalah flash back. Pas duduk di bioskop, gua melihat bangku yang dulu kita pernah duduk dan nonton bioskop bareng, gua nyesek. Pas jalan keluar bioskop, gua inget, dulu kita pernah keluar bareng. Lalu lamunan gua terbuyar oleh sesosok cowok yang entah kenapa celananya lebih pendek dari cici-cici konter hand phone. Hampir terlihat seperti orang yang kemana-mana pakai sempak. Hampir saja gua gigit bokongnya. Pahanya, kalau dilihat dari bawah kaki sampai paha, lebih mirip syahrini prematur. Dan dia sendirian. Sama kayak gua. Mungkin kalau gua pakai celana pendek seperti itu, kita bisa jadi pasangan yang cocok...
(Izinkan aku menggigit bokong mu abaanngg)
Pas sampai di tempat makan itu, gua flash back lagi, dulu
kita pernah makan dan bingung nyari tempat, pada akhirnya ada ibu-ibu yang
nawari tempat duduk di sini. Gua benci malam ini..
Satu, dua, dan seterusnya. Gigitan demi gigitan ke dada ayam, dan dilanjutkan oleh sebuah burger yang masih hangat, gua melamun bagaimana cara meminta maaf ke dia. Waktu sudah menunjukan pukuk 21.30 WIB. Gua masih belum dapet ide untuk minta maaf ke dia. Padahal hanya meminta maaf, kenapa harus ribet. Gua menghela nafas. Ini bukan sebuah hal yang merepotkan, gua mau meminta maaf dengan cara yang berbeda.
Suasana di mall malem-malem itu hampir sama seperti kita duduk sendirian di perempat jalan. Banyak yang melihat dengan aneh. Apalagi jaman sekarang. Karena takut disangka homo yang lagi nyari pasangan, gua bergegas pergi. Gua risi dilihat cowok-cowok yang lalu lalang. Menuju arah pulang, baru sebuah ide muncul. Bagaimana kalau minta maafnya seperti ini. Buat kata-kata kita tulis sendiri di kertas. Oke fine, gua sadar, tulisan gua jelek. Yang ada malah, nanti dia bingung bacanya. Berbekal pengalaman nonton youtube, akhirnya gua memutuskan untuk mengetik tulisan itu besok di warnet terdekat. Entahlah, di youtube cara ini tak pernah gagal.
Keesokan harinya
Gua masih laki-laki, gua sering banget parno, kalau-kalau pas bangun pagi gua berubah jadi cewek. Seperti yang ada di tivi-tivi, tapi sepertinya tidak mungkin,
Jam setengah sembilan pagi di hari minggu, gua beranjak pergi menuju warnet, dekat kost doi, berbekal apa yang ingin gua tulis di warnet. Gua aneh.
Pas ngetik kata-kata permintaan maaf itu, gua tidak begitu menghiraukan orang yang sedang lalu lalang dibelakang gua. Mereka juga sedang tak perduli. Sama. Gua juga. Makanya, pas ngetik dengan font size 100 gua tetep pede, dan ngeprint, gua juga pede.
“Duh, bang, ini buat minta maaf ke cewek. Hahaha” Seru gua basa-basi. Kebetulan gua mulai akrab dengan abang warnetnya secara harafiah karena sering ngeprint revisi skripsi di sini. “Aneh yah” sambung gua.
“Hahahaha” jawab si abang cuman ketawa.
“Jadi anak muda itu ribet yah bang, kudu PDKT, kudu pacaran, kudu putus, minta maaf, ribet” Gua melanjutkan malah seolah sedang curhat colongan. Lalu kita ketawa. Mungkin si abang ngerasain apa yang pelanggannya rasain. Bagi sebagian orang, jatuh cinta itu sulit, antara membedakan, benar-benar jatuh cinta, ego, atau nafsu. Gua, dalam dilematis tersebut. Berminggu-minggu gua menyangkal apa yang gua rasain. Dan pada akhirnya, gua ungkapin ke tulisan itu. Biar dia tau, jatuh cinta itu sulit. Kalau harus gua yang ngerasain sendirian....
Setelah doa restu yang dipanjatkan abang sang penjaga warnet, gua pergi menuju kost. Dengan jantung setengah mau loncat, gua tarik nafas, perlahan menaiki satu-persatu tangga kamar kostnya, mengetok kamar. Kosong. Si abang yang punya kost bilang, doi enggak ada di kost, dan akhirnya. Untuk kesekian kalinya. Gua menunggu...
Mungkin ada sekitar satu jam, dia datang dari bawah, bertanya sedang apa, sedang mananti maaf jawabku. Tidak dong, itu lagu... Tanpa banyak bicara. Gua membuka satu per satu kertas yang gua pegang. Dia diem, senyum sambil baca tulisan gua, konsen lagi, terus senyum lagi. Ketika habis kertas maafnya, gua mengambil smart phone dengan meme bertuliskan “Please Forgive Me” dan diiringi tampang ngenes gua. Dia maafin gua. seperti ada puluhan banci yang lepas dari pundak gua. Gua lega.
Salah satu tulisan maaf yang gua ungkapi ke dia
(Tulisannya mirip mamang-mamang yang lagi galau)
"Aku sadar, setelah terbentur pintu mobil Firman, saat itu aku ngerasa mulai jatuh cinta sama kamu, aku tau kamu belum siap untuk semua ini, dan kamu pun bilang "Terasa tidak ingin mencintai siapapun, but i'm fine" (hasil stalking line), tapi aku akan menunggu mu siap" bunyi tulisan di foto tersebut.
Sehabis minta maaf, kita ngobrol, seperti biasa, kita ngobrol masalah sehari-hari dan yang telah lalu. Sebenanrya gua pengin ngajak dia keluar, tapi karena cuaca sedang tidak baik, asap, kita hanya di depan kost ngobrol sambil dia melihatkan foto-foto kenangan. Kita tidak akan kenapa-kenapa meski tidak kemana-mana.
Waktu sudah menunjukan pukul 16.30, gua pamit, dan itu adalah hari yang cukup melegakan. Pulangnya? Gua sial di jalan. Motor gua bocor dan itu adalah kesialan setelah sabtu kemaren. Entah kenapa, ketika gua single. Sial itu gampang dateng. Dulu, waktu masa-masa kuliah. Setiap sabtu gua selalu kena sial. Mulai dari kena tilang, abis kena tilang, kartu penitipan tas gramedia hilang, setelah itu, tiket parkir hilang. Abis itu? Gua gila...
Sesampainya di rumah dengan nyawa sekita 23%. Gua tertidur. Keesokan harinya, aktifitas yang itu-itu saja dimulai. Hal yang paling menyenangkan ketika pulang ke rumah adalah gua bisa main gitar (baca: tepatnya cuman diemutin doang gitarnya), nulis, dan gua berharap bisa nelpon dia sebentar.
Awalnya telpon gua di reject. Oke, mungkin dia sedang tidak ingin bicara. Setelah gua sms, dan sms di balas, kita telponan. Hari ini tidak seperti biasa kita telponan. Yang biasanya ketawa-ketawa. Kita agak sedikit malas untuk berbicara. Dia bilang, sedang tidak enak perasaan. Gua mengerti. Di akhir kita nelpon, dia seperti ingin mengatakan sesuatu dan sempat tertahan.
“udah, ngomong aja. Soal cowok kan?” sambut gua yang memang sudah feeling.
“Ia mas, aku ketemu dia kemaren di (sensor), setelah enam bulan enggak jumpa, dia bawa anak umur dua tahun, gila aja udah dua tahun anaknya, dan ternyata bukan. Kita ngobrol dan aku”
“Kamu deg-degan?” gua memotong.
“Ehm, ia, cuman, dia itu lucu banget. Dan hari itu, aku bisa ketawa lepas” lanjut dia seneng.
“Oh, syukur, kalau kamu seneng, akupun juga. Karena bahagia itu sulit di cari. Apalagi seperti aku yang ribet ini. Bahagia itu enggak gampang di cari. Syukuri aja, tuhan akan menambahnya” kata gua santai. Ini yang mungkin paling aneh yang gua pernah rasain. Sejak gua mengungkapkan semua perasaan gua lewat kertas pas hari minggu kemaren, perasaan untuk baper hilang. Seolah ketika dia berbicara sepeti itu ke gua, gua biasa aja. Malah sempet gua bilang “Aku enggak masalah kamu sama siapa aja, kalau enggak jodoh, tuhan udah nyiapin jodoh yang lebih baik dari kamu”. Gila, tenang banget gua. Satu hal yang kemaren-kemaren gua enggak bisa katakan dengan setenang itu.
Setelah telpon terputus, memandang laptop, gua memulai tulisan ini. Difikiran gua waktu itu, gua ingin menulis ini “Aku tak pernah ingin menjadi bahagia mu. Karena orang yang membahagiakan biasanya akan melalaikan banyak hal. Aku hanya ingin menjadi penguat mu. Di saat kamu jatuh, menangis, sakit, hawatir, aku ingin disaat seperti itu aku ada. Karena, ketika kamu kuat, kamu akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya datang. Meski bukan dengan ku. Aku tau, aku bukan orang yang bisa membuat jantung mu seperti orang yang sedang mengalami kolestrol tinggi. Jujur aku tak bisa sekarang seperti itu. Aplikasi itu tak penting untuk ku di dalam hidup. Karena, teman-teman wanita ku, mereka bercerai dan gagal dalam pernikahannya karena sebelumnya bertemu orang yang membuat mereka deg degan dan pada akhirnya, yang mereka butuhkan ternyata orang yang menguatkan hidup mereka. Aku? Cukup aku sekarang dan menjadi pantas di masa depan nanti, mungkin kalau kamu tidak mau menerima pantasnya aku, ada dia, entah siapa itu, yang tuhan siapkan, untuk menerima pantasnya aku, jujur, aku sayang kamu, bahkan cinta, tapi bukan berarti tak sanggup merelakan. Ini demi bahagianya kamu”
Ini yang gua buat setelah telponan dengan dia.
(Karena Baper menyengsarakan bangsa)
4 Agustu 2015, Setelah telponan terputus, gua terngiang
dengan apa yang dia bilang barusan. “Aku pengen punya pacar” saut dia setengah
sadar dari sebrang telpon. Dia sedang tidur tadinya, lalu terbangun karena
telpon gua. Saat itu juga gua berfikir untuk mengajaknya pacaran. Gua tidak bisa menunggu terus, mau sampai kapan gua menunggu dia siap? Gua akan
ungkapkan perasaan gua dengan sebuah tulisan yang gua print dan bakal difoto,
lalu dikirim via BBM keesokan harinya. Seperti ini, salah satu kata-kata yang
gua tujukan ke dia.
(Ngetiknya sambil nyayat-nyayat pembuluh darah biar drama. Hahaha)
Satu persatu tulisan gua kirim, dan gagal. Banyak gambar
yang gagal terkirim. 19.00 Wib, gua nyoba untuk mengirim ulang gambar itu.
Karena di tempat gua sinyal itu sesulit mencari jodoh, pada akhirnya gua naik
ke atas bus yang terparkir di depan kantor. Serius, gua naiki bus besar tanpa
tangga. Dengan pegangan pintu bus dan jendela yang terbuka, gua sukses kepuncak
bus. Malem-malem. Lalu gua kirim ulang gambar tersebut. Satpam yang ada di depan
gua diam saja. Entahlah, mungkin mereka takut dengan gua. Takut gua gigit
mungkin. Hehehehe
Menanti gambar terkirim, gua tiduran di atas bus, pukul 20.30 semua gambar bertandakan “R”. Berarti gambar tersebut sukses terkirim, memutuskan pulang ke rumah untuk istirahat. Gua siap dengan sebuah keputusan esok harinya. 5 Agustus 2015, dia mengirimkan sms, mengatakan kalau dia tahu sedang ditembak, dan gambar yang gua kirim tidak terlalu jelas. Gua kirim ulang, text nya langsung via email. Dan dia merevisi kata-kata yang ada di dalamnya. Seperti merevisi skripsi. Dia sedang merevisi perasaan gua.. Tak apalah, mungkin kemampuan gua untuk menulis dengan baku lemah.
Selesai direvisi, tulisan gua kirim ulang, salah satu pesan di email gua, gua berharap dapat dijawab perasaan gua lewat word yang sama, namun dia membalas dengan word baru, berbentuk sebuah cerpen. Cerpen penolakan. Dengan menghela nafas ketika selesai membaca tulisan tersebut. Gua lega.
Gua tahu dari sejak awal, dia bakal nolak gua. Tapi, mengapa gua tetap mengungkapkan perasaan gua? Bukan karena gua orang sumatra, gua suka terburu-buru, karena perasaan bukan membedakan, kamu itu lahir di papua, jawa atau di mana. Alesannya, agar gua tahu, sejauh ini, bagaimana perasaan dia ke gua. Dan agar gua tahu, bagaimana gua bertindak ke dia untuk selanjutnya. Lalu tidak ada rasa terlalu berharap. Gua hawatir dengan hati gua, disaat dia terlalu berharap, dan kecewa, dia akan kehilangan rasa. Sebaiknya semakin cepat gua tahu perasaan dia ke gua, akan semakin baik. Karena di saat itu, perasaan gua belum terlalu dalam.
Dan gua juga tidak mau, terperangkap dalam Kakak-Adik Zone, terperangkap dalam Friend Zone. Itu nyesek. Dan akhirnya, dia bakal tetep nolak gua di masa depan dengan alesan. “Aku sudah menganggap kamu seperti kakak aku sendiri” minum baygon saja kalau sudah seperti ini.
Untuk selanjutnya, gua bakal bersih-bersih, menghilangkan harap gua ke dia, satu hal yang tidak akan gua bersihkan dari hati gua, rasa sayang gua ke dia. Gua tidak akan meninggalkannya, hanya saja, gua harus menjaga jarak, agar tidak timbul rasa berharap lagi, agar gua tahu, saat dia bertindak ke gua, dia hanya sedang ingin mengakrabkan diri, bukan untuk mendekatkan diri secara perasaan. Di masa depan nanti, gua harus pintar-pintar jika berhadapan dengan dia. Agar tidak ada rasa terlalu berharap seperti ini lagi. Dan ada masanya, ketika gua melihat dia, akan sama seperti gua pertama kali melihat dia. Perasaan biasa saja, atau, sebuah perasaan yang tetap seperti saat ini. Entahlah, gua sedang tidak ingin menjadi Tuhan yang tahu masa depan. Selamat memulai petualangan lagi. Reby..
Puasa hampir berakhir, tepatnya tanggal 15 Juli 2015, gua sedang menikmati buka puasa. Gau berdua dengan ibu, karena adik gua yang terakhir pergi mudik ke medan, dan yang ke dua, dia pergi buka bersama teman. Sekarang mereka beranjak dewasa. Di dekat meja makan, gua duduk, ada ibu yang dari tadi mondar-mandir membawa pakaian kotor hasil dari gua pakai sebelumnya. Di sesi makan, gua ngeluh ke ibu, betapa sulit jadi anak muda yang kudu berjuang buat dapetin seorang wanita. Oh men, wanita? Astaga, sulit. Gua bisa mendapatkan apapun di tahun 2015 ini, dan semua keinginan gua terwujud, namun, di tahun ini juga, gua kehilangan seseorang, dan setela itu, gua berusaha mendapatkan seseorang.
Lalu ibu berhenti di pintu masuk ruang tamu, dia melihat ke arah anaknya yang sedang makan. Dan berkata sambil mengingat.
“Oya bang, kayaknya ibu inget deh, dulu pernah, ibu doa, pas sholat, kamu bakal dapet jodoh, pas umur 27 tahun, karena pas umur segitu, kamu udah siap, dewasa, dan mapan” Lalu ibu masuk ke ruang tamu menuju kamar. Gua, yang kaget banget, dengan mulut mengangah, dan setengah dari isi mulut gua hampir tertumpah ke piring lagi. Gua teriak.
“ASTAGAAA, PANTESAN AJA HUBUNGAN KU KANDAS DI TENGAH JALAN TERUSSSS” Suara itu memecah magrib yang hening. Ibu cuman lewat dan sambil senyum. Gua melihat bahu ibu menuju arah mesin cuci. Rasanya, saat itu menelan nasi seperti menelan setumpuk jurnal di neraca percobaan yang salah.
Dari itu, ia, dari ucapan ibu beberapa minggu yang lalu setelah kejadian di 4 agustus 2015, membuat gua berfikir, gua memang harus sendiri dulu sekarang, gua tidak mau, gagal, lebih baik seperti sekarang, bisa mengungkapkan perasaan, memiliki orang yang sepesial, meski bukan pacar. Dan pergilah kamu dengan siapapun yang kamu mau, aku akan pura-pura tidak perduli. Aku akan lihat siapa jodoh mu, dia atau aku. Entahlah, yang penting aku sudah melakukan apa yang harus dilakukan seorang laki-laki. Aku menunjukan bahwa aku melakukan, bukan cuman bisa mengatakan. Kamu pasti tau itu. Terserah kamu saja. Dunia ini tak sesempit hati ku, masih ada tombol next ketika aku tak pantas untuk mu dan harus terpaksa gagal. Apalagi sekarang, masa di mana harus menilai jodoh yang pantas. Aku tak mau, kamu salah berjodoh dengan ku, dan sebaliknya. Aku tak mau, kesalahan yang mengajarkan kita, untuk tidak hidup dengan orang yang salah, dan ketika itu terjadi. Kita terlambat belajar..
Gua mencoba mengingat perkataan Carl Sagan, yang bunyinya seperti ini “Somewhere something incredible is waiting to be known” (Di suatu tempat sesuatu yang luar biasa menunggu untuk ditemukan). Sok paten gua sih, tapi serius, itu salah satu kata-kata keren yang pernah gua temukan. Ada sesuatu yang luar biasa yang menunggu untuk ditemukan. Ketika gua terpaksa gagal untuk mendapatkan mu, di luar sana masih banyak hal luar biasa yang dapat gua temukan. Dan ketika gua berhasil mendapatkan mu, kita akan menemukan hal yang luar biasa bersama. Tak sabar untuk menunggu nya..
Kata orang, jodoh itu di tangan Tuhan. Jujur, gua tidak sanggup sekarang harus menjemput jodoh itu di tangan Tuhan. Selain gua tidak tahu keberadaan Tuhan di mana, itu terlalu tragis. Karena berat. Gua sedang berusaha memantaskan diri, menjadi lebih baik versi diri sendiri, dan ketika semua itu tergenapi. Bukan gua yang akan menjemput, tapi, Tuhan itu sendiri, yang dengan ikhlas memberikan jodoh yang kata orang di tangannya, ke gua. Ia, dengan iklas.
So, jodoh, please, jangan muncul sekarang, kalaupun sudah muncul, sabar dulu. Aku masih belum siap. Jujur, belum. Siapapun kamu, ia, entah itu kamu adalah dia yang sekarang sedang aku perjuangkan, atau dia di luar sana yang menunggu untuk aku menekan tombol next ketika dengan terpaksa gagal memperjuangkan dia yang sekarang. Muncul lah dengan tahap-tahap yang menyenangkan. Agar aku tahu. Bagaimana sulitnya mendapatkan mu. Karena, akan sulit juga untuk melepaskan mu. Jodoh. Please. Jangan buat aku jadi sosok yang bodoh yah. Hehehe...
NB : Awalnya gua mau
memakai format kata “aku” untuk menggantikan penyebutan kata “gua”. Setelah
beberapa paragraf selesai, seakan gua kehilangan jati diri gua dalam menulis.
Lalu semua dihapus dan jadilah sekarang. Tulisan ini
berbentuk cerpen, sengaja gua enggak mau buat panjang-panjang, nanti malah jadi
tulisan basi. Di kantor, di rumah, dan ketika di wc pun, gua tetap menulis. Awalnya tulisan ini selesai jam 2.30 pagi, dan revisi terakhir selesai jam 6.31 Wib beberapa hari setelah revisi pertama. Tulisan ini sudah mendapat +3 dari para penyasar dan sudah ada 2 komentar. 1 komentar dikolom blog dan satu lagi di google +, terima kasih kalian, sudah menghargai karya gua, sulit banget, untuk mendapatkan +1 saja, itu butuh waktu lama, karena ada salah satu tulisan gua yang udah setaun lebih, belum dapat +1 sama sekali. Dan ini, baru beberapa hari sudah ada +3. Kalian, ia, Sang Penyasar, keberadaan kalian tak pernah ternilai oleh apapun. Terima kasih, untuk kalian dan orang-orang yang pernah ada di hidup gua, tanpa kalian, enggak mungkin gua bisa nulis. Salam jari kelingking. Untuk ngupil. Udah ah, next tunggu Single Dairy ke dua yah, bakal lebih nyesek dari ini.....
Aku adalah penggemarmu.
BalasHapusTerimakasih telah menulis. Tulisan-tulisanmu selalu membuatku belajar banyak hal.
Kayak lagu Afgan. Jodoh pasti bertemu. Tulang Rusuk dan pemiliknya tidak akan tertukar. Setiap hal telah dirancang. Tidak terlalu cepat, tidak pula terlalu lama. Ia akan datang disaat yang tepat, dengan orang yang tepat juga.
Aku mengutip sebuah kalimat, "Single. Mungkin itu cara Tuhan untuk mengistirahatkanku dari cinta yang salah". Jadi, ketika kamu sekarang single. Bukan berarti cinta itu direnggut darimu. Mungkin itu cara Tuhan agar kamu disatukan dengannya pada saat yang benar2 tepat. Sehingga cinta sucimu, tidak menjadi kotor karna maksiat. Pasti Allah sedang mempersiapkan suatu hal yang begitu baik untukmu, sehingga saat itu datang bahkan kamu akan lupa pedihnya rasa sakit. Ntah itu kamu akan bersatu dengan dia yang lalu, atau dia yang kini, atau dia yang akan datang. Yang pasti, saat itu datang.. kamu dan jodohmu berarti telah layak.
Dia Sang Pemilik Cinta, mengizinkan kamu, aku dan semua yang sedang single untuk melayakkan diri terlebih dahulu. Dia jodoh, akan datang ketika kita sudah benar2 layak. Mungkin saat ini, kita diminta untuk menghabiskan banyak waktu dg Dia Sang Pencipta, dengan keluarga dan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya sebelum berumah tangga. Maka habiskanlah waktu single dengan hal2 yang berkualitas.
Tetap semangat untukmu, untukku, dan untuk semua yang lagi single.
NB: untukmu Alexander Reby, teruslah menulis, tulisanmu selalu ditunggu olh banyak penggemarmu. Termasuk aku. Semoga sukses ya.
Salam.
Polibek.
tulisan kamu sangat bagus, aku akan menjadi pembaca setia mu, jodoh pasti akan bertemu,
BalasHapussebelum menemukan yg terbaik akan diberikan sesuatu yg membuat kamu lebih kuat untuk menjalaninya .
selamat menenunggu jodohmu bersamaku .
jodoh akan datang dari sisi mana saja,
disaat jodoh itu datang, kamu jangan kaget,
karna katanya "jatuh cinta itu tanpa alasan"
nikmatilah hari2 indahmu,
bersyukurlah kamu karna sebelum jodoh mu datang, kamu dipertemukan dg orang2 yang bisa membuat kamu lebih baik lagi sebelumnya, so, disaat jodoh kamu mendekat, kamu akan menjadi diri kamu sendiri dan lebih baik
salam aneh